Habibie
Redesain Pesawat N-250
MANTAN
Presiden BJ Habibie bertekad mewujudkan kembali mimpinya agar pesawat komersial
tipe N-250, yang pernah terbang 17 tahun silam tapi kemudian kandas lantaran
krisis ekonomi, bisa mengangkasa lagi.
Saat
berbicara di Bandung pada Jumat (10/8), dengan mata berbinar-binar Habibie
menceritakan langkahnya mewujudkan impian itu. Dua perusahaan, yakni PT Eagle
Cap (bukan Eagle Cabin seperti ditulis Media Indonesia, 11/8) milik mantan
Dirut Bursa Efek Jakarta Eri Firmansyah dan PT il Thabie milik dua anak Habibie
yakni Ilham dan Thareq, yang menyatu di bawah bendera PT Radio Aviation
Industry (RAI), akan mendanai program N-250 itu.
Tetapi, kata
Habibie, N-250 akan diredesain sesuai dengan selera pasar. "Saya yang
punya gambarnya," kata Habibie.
Menurut dia,
desain dan mesin akan diperbarui. Semua ditanganinya. "Mereka (BPPT dan PT
DI) tidak akan bisa membuat pesawat kalau tidak punya gambarnya," kata
mantan Dirut PT Dirgantara Indonesia (PT DI) itu.
Habibie
telah mematenkan seluruh rancangannya. Bapak Teknologi Indonesia itu akan
berkontribusi pada sumber daya manusia dan rancang bangun pesawat. "Kalau
urusan bisnis, biar anak-anak saya," tambahnya.
Habibie
bertambah optimistis karena banyak mantan anak buahnya yang bekerja di industri
pesawat terbang asing akan kembali ke Indonesia. "Mereka sudah menelpon
eyang (panggilan akrab Habibie) menanyakan kapan bisa pulang dan bekerja,"
ujar Habibie tersenyum lebar.
Pada
kesempatan terpisah Eri Firmansyah mengatakan perjanjian kerja sama PT Eagle
Cap dan PT il Thabie sudah ditandatangani sekitar seminggu yang lalu.
Namun, Eri
belum bisa memerinci kapan program pengadaan pesawat berbaling-baling itu
dimulai. "Ini masih tahap awal. Sesudah (penandatanganan) masih akan
dilakukan studi karena spesifikasinya berubah," katanya.
Dengan
digulirkannya kembali program pesawat N-250, Eri berharap bisa menggairahkan
industri penerbangan baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, untuk
menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu memproduksi pesawat sendiri.
Sumber daya
manusia (SDM) Indonesia tidak kalah jika dibandingkan dengan SDM Amerika,
Eropa, serta negara maju lainnya. Habibie membuktikan itu.
Menurut dia,
di dunia ini baru dua orang yang mendapatkan medali emas Edward Bruner Award,
penghargaan yang diberikan badan penerbangan sipil dunia bentukan PBB. Medali
itu hanya diberikan setiap 50 tahun sekali. Habibie adalah orang kedua di dunia
yang mendapat penghargaan itu untuk kategori ahli perancang keselamatan dan
keamanan penerbangan sipil.
Penghargaan
diberikan pada 7 Desember 1994 di Montreal, Kanada, sembilan bulan menjelang
peluncuran N-250. "Ini fakta sejarah bahwa kualitas SDM Indonesia sama
dengan Eropa, Jepang, Amerika, dan China," tegasnya.
Habibie
mengatakan dia tidak akan melupakan jasa 'anak-anaknya' yang dulu bekerja di
IPTN dan BPPT mewujudkan N-250 dan N-130 bermesin jet. Sampai sekarang Habibie
masih memercayai SDM Indonesia. Dengan cara itu dia berharap ada regenerasi
para ahli penerbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar anda :